Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

BERITAKementerian Pertanian

Dibalik Booming Porang, Dulu Tak Dianggap

Tanaman Porang kini tengah booming menjadi andalan ekspor. Padahal sebelumnya, menjadi tanaman yang tak ramah. 

Saat ini tanaman Porang menyusul tanaman Kelor yang tiba-tiba meledak karena permintaan untuk ekspor. Tidak hanya dari Jepang, tetapi juga dari China, Vietnam, Thailand, Taiwan, Korea dan Australia

Contoh, beberapa waktu lampau, melalui pelabuhan Tanjung Emas secara simbolis Menteri Pertanian RI telah melepas ekspor PORANG dalam bentuk chip ke China sebanyak 60 ton atau senilai Rp 1,2 miliar dan sekaligus sebagai realisasi dari program Gratieks.https://a051638d6791eca3a01df661111fc057.safeframe.googlesyndication.com/safeframe/1-0-37/html/container.html

Jumlah ekspor olahan umbi Porang pada tahun 2020 menurut catatan Kementerian Pertanian RI sebesar 19.800 ton atau senilai Rp 880 milyar, meningkat dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2019. 

Tidak mau ketinggalan momen untuk booming, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI juga telah menjadikan tanaman Porang sebagai komoditas tanaman pangan unggulan dari kelompok tanaman polo kependem, polo kesampar dan polo gumantung selain singkong dan ubi jalar sehingga mendapatkan fasilitasi pendampingan dalam pengembangannya dari hulu hingga hilir.

Tidak mengherankan kalau pada saat ini banyak petani atau yang baru belajar menjadi petani berlomba-lomba membudidayakan tanaman Porang, baik yang akan dijual dalam bentuk umbi, hasil olahan umbi maupun sebagai bibit.

Dari tanaman Porang akan menghasilkan umbi yg bisa dijual dalam bentuk umbi segar atau olahan seperti chip dan tepung serta bahan untuk perbanyakan tanaman (bibit) seperti biji dan umbi katak (bulbil).

Dalam waktu singkat saat ini tanaman Porang telah berkembang luas baik di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa seperti di NTT, Sulawesi, Bali dan Sumatera yang diindikasikan dengan semakin dicari permintaan bibit tanaman Porang.

Padahal, dahulu bentukan di Jawa Timur tahun 1992 hingga 1999, tanaman Porang masih kalah populer dengan unggulan dan andalan pertanian yang dikembangkan di Jawa Timur. Bisa jadi ketika itu tanaman Porang masih sebagai jawaban tanaman liar atau belum banyak dibudidayakan karena tidak bernilai ekonomi tinggi.

Padahal saat itu tanaman Porang dari daerah Saradan, Madiun yang konon kandungan zat gizi dan nilai fungsional umbinya memiliki kualitas terbaik mulai diburu oleh pengusaha dari Jepang.

Demikian pula ketika pindah di DIY pada tahun 1999 terutama ketika berada di Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKPP) DIY, tanaman Porang tidak termasuk dalam 10 tanaman umbi-umbian yang dikaji untuk melihat zat gizi dan nilai fungsionalnya yang terkait dengan program pengembangan pangan lokal diarahkan oleh PERPRES Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan Penganeragaman Konsumsi Pangan Berbasiskan Sumberdaya Lokal.

Potensi Porang

Sebagai tanaman liar yang selama ini tumbuh di bawah tegakan di hutan, tanaman Porang relatif mudah dibudidayakan di berbagai jenih tanah dari ketinggian 0 meter hingga 700 meter di atas permukaan laut.

Untuk itu tanaman Porang sangat prospektif dibudidayakan pada lahan-lahan marginal yang sangat potensial untuk pengembangan tanaman pangan. Masa panen tanaman Porang bervariasi mulai dari satu musim tanam hingga beberapa musim tanam, tergantung dari ukuran dan jenis benih yang ditanam.

Dalam satu hektar biasanya akan dihasilkan umbi basah sekitar 20 ton dan umbi katak (bulbil) 1.250 kilogram. Nilai ekonomi dari tanaman porang adalah terletak pada kandungan senyawa polisakarida glukomanan pada umbi PORANG yang memiliki karakteristik unik sehingga sangat bermanfaat untuk bahan baku industri makanan, obat-obatan, kosmetika serta industri strategis lainnya.

Tanaman Porang memiliki keluarga satu rumpun yang memiliki ciri-ciri hampir sama yakni tanaman ILES-ILES (PUTIH), Suweg dan walur.

Untuk membedakan cabang dengan jenis tanaman umbi-umbian lainnya yang satu rumpun dan sekaligus bisa memastikan, tanaman Porang akan menghasilkan umbi katak (bulbil) pada setiap pertemuan daun yang berfungsi untuk perkembangbiakan selain dari biji dan umbi batang. Pendek kata, umbi katak (bulbil) ini tidak akan ditemui di samping di tanaman Porang.

Booming porang saat ini harus bisa ditangkap oleh pelaku utama dan pelaku usaha dibidang pertanian sebagai peluang usaha yang prospektif, meskipun harus disikapi juga dengan baik agar tidak sampai penyediaan melebihi permintaan sehingga mengganggu dinamika harga jual Porang baik di pasar domestik maupun global.

Sumber: https://tabloidsinartani.com/detail//indeks/pangan/15716-Dibalik-Booming-Porang-Dulu-Tak-Dianggap

Bagikan