Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

BERITADinpertan Pangan

KEMENTAN DUKUNG OPTIMALISASI PENGELOLAAN HAMA SPODOPTERA FRUGIPERDA (ULAT GRAYAK) PADA TANAMAN JAGUNG

Spodoptera Frugiperda atau lebih di kenal Fall army worm atau Ulat Grayak, inang spodopfera menurut mentezono dkk(2018) hingga saat ini telah di laporkan terdapat 76 family tumbuhan yang terdiri dari 353 spesies telah menjadi inangnya. Inang utama adalah poaceae (106), Asteraceae (31) dan Fabacea (31). dan ulat grayak merupakan serangga yang kanibal. Dalam rangka mendukung pengndalian opt khususnya  Spodoptera Frugiperda Pada Tanaman Jagung Kementan melalui  BBPOPT  menyelenggarakan bimtek Pengelolaan Hama pada senin 6/6/2022 di hadiri oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan (via zoom), Dr Suputa Akademisi UGM, Willing bagariang Popt ahli muda BBPOPT.

Dr. Saputra Akademisi UGM menjelaskan Banyak cara untuk melakukan identifikasi ulat grayak ini, salah satunya dengan proses mendapatkan basa DNA ulat grayak jagung, ekstrasi DNA sehingga mndapatkan genomic DNA, lktroforesis genomic dna untuk memastikan ekstrasi dna berhasil, PCR dalam rangka melipat gandakan dna yang di kehendaki, purifikasi pcr produk untuk membersihkan  dna hasil pcr dari komponen lain, Cek kualitas dan kuantitas dna, squence dna.

“Selain cara yang saya jelaskan tadi terdapat cara identifikasi musuh alami ulat grayak, mulai dari parasitoid telur, larva, predator larva dan perdator imago, selain itu juga dapat digunakan pengacauan perkawinan ulat grayak dengan veromon” jelas Dr Suputa.

Pada kesempatan yang sama Willing bagariang Popt ahli muda BBPOPT memaparkan Ulat grayak sudah mulai masuk ke indonesia teridentivikasi mulai tahun 2019, dan Ulat grayak memiliki kemampuan terbang sejauh kurang lebih 100km, kemampuan bertelur yang tinggi, bersifat polifag, dapat hidup pada wilayah tropis/subtropis, dan jika sudah terserang tidak mudah dieradikasi. Dan di indonesia untuk saat ini sudah tersebar di 33 provinsi. ulat grayak di indonesia teridentifikasi sebanyak 22,987,50 KLTS/MT 2021/2022 dan akan bertambah di tahun depan.

“Diharapkan penggunaan kimia adalah pilihan sangat terakhir jika sudah tidak ada pilihan lain. Dan tidak hanya itu agar terhindar dari serangan ulat grayak diharapkan melakukan deteksi serangan UGF sejak awal dan pengendalian tidak disarankan hanya mengendalikan secara kimia dan tetap perlu pengelolaan hama terpadu (PHT)” ungkap willing bagariang.

Wiling bagariang juga menerangkan bahwa melakukan penggiliran insektisida untuk mengurangi terjadinya resestensi hama terhadap insektisida dan memperhatikan tingkat efektifitas dan faktor resiko insektisida.

“lakukan pengamatan rutin untuk memantau gejala serangan awal sehingga dapat mengambil keputusan secara tepat” tambah wiling bagarian

Pada tempat yang berbeda melalui webbinar Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyampaikan, semoga apa yang di sampaikan hari ini dapat di praktekkan kepada para petani, tidak hanya ikut melalui virtual tapi dapat disebarkan secara keseuruhan.

“Sesuai arahan bapak menteri (SYL) tolong dikembangkan tehnik-tehnik pengendalian hayati ramah lingkungan dan berkelanjutan, baik melalui agency hayati dengan ramuan herbal dapat di coba agar dapat membangun pertanian yang dapat hidup secara berdampingan sehingga ekologi dan ekosistem terjaga dengan baik”. Tutup suwandi

Sumber: https://tanamanpangan.pertanian.go.id/detil-konten/berita/437

Bagikan