Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

BERITAPerkebunan

GERDAL OPT TANAMAN KELAPA

Tanaman Kelapa (Cocos nucifera) adalah tanaman perkebunan yang banyak tersebar di wilayah tropis. Tanaman kelapa menjadi tanaman tropis yang telah lama dikenal oleh kalangan masyarakat Indonesia, hal ini terlihat dari penyebaran tanaman tersebut hampir diseluruh wilayah Nusantara. Tanaman kelapa sering disebut sebagai pohon kehidupan, karena semua bagian tanaman kelapa bermanfaat bagi kehidupan manusia.  Produk tanaman kelapa, selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, juga sebagai sumber devisa negara melalui ekspor.

Namun beberapa tahun belakangan ini produktivitas kelapa petani menurun akibat berbagai hal, salah satu kendala yang dihadapi petani kelapa di Kabupaten Demak adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) terutama hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) yang menjadi hama utama tanaman kelapa. Kumbang merusak pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun membuka 1−2 bulan kemudian, berupa guntingan segitiga seperti huruf “V”. Gejala ini merupakan ciri khas serangan kumbang Oryctes rhinoceros.

Pada hari Kamis (17/05/2021) Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak menggandeng Balai Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (BPTPHP) Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah bersama Kelompok Tani Sido Makmur Desa Jamus Kecamatan Mranggen, melakukan gerakan pengendalian (gerdal) OPT Kelapa dengan pengaplikasian agensia hayati jamur Metarhizium anisopliae guna menekan penyebaran serangan kumbang tanduk. Hadir dalam acara gerdal OPT tersebut, yaitu petugas dari laboratorium BPTPHP Distanbun Provinsi Jawa Tengah, Kasi Plt. Tanaman Tahunan bidang perkebunan Dinpertan berserta staf, koordinator P3K Kecamatan Mranggen dan PPL Desa Jamus, serta anggota gapoktan Sido Makmur Desa Jamus.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hama ini banyak menyerang di lapangan seperti melimpahnya bahan organik di areal kebun kelapa seperti  bekas-bekas potongan batang kelapa dan pelepah-pelepah kelapa yang terlihat menumpuk. Hal ini terbukti pada saat melakukan gerdal pembongkaran terhadap sarang-sarang hama ini, ditemukan beberapa larva. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas kelapa di Desa Jamus. Tidak mengherankan jika serangan hama ini ditemukan sepanjang tahun pada pertanaman kelapa.

Pembongkaran Sarang Larva KumbangOryctes rhinoceros

Terdapat beberapa metode yang bisa dilakukan untuk mengendalikan hama ini di lapangan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan jamur entomopatogen Metarhizium anisopliae. Jamur ini menyerang larva kumbang Oryctes rhinoceros sehingga bisa memutus siklus hidup atau perkebangan hama. Larva hama kumbang kelapa yang diperoleh dari lapangan di kumpulkan dalam ember yang berisi bahan organik kemudian ditaburkan Jamur Metarhizium anisopliae. Selain itu, sarang-sarang alami hama kumbang kelapa yang ada di lapangan juga ditaburi dengan jamur ini.

Penaburan Jamur Metarhizium anisopliae pada Sarang Larva Kumbang Oryctes rhinoceros

Larva yang terserang jamur Metarhizium anisopliae akan berwarna hijau kecoklatan dan akhirnya akan mengalami mummifikasi (terselubung Jamur) dalam waktu 10-12 hari setelah aplikasi. Larva-larva yang terinfeksi Jamur Metarhizium anisopliae pada tahap permulaan seringkali terlihat bercak-bercak coklat pada bagian tubuhnya selagi larva masih hidup. Larva yang baru mati berwarna seperti larva hidup, tetapi lama-kelamaan akan mengeras dan kaku. Selama dua sampai tiga hari setelah mati, Jamur ini menembus bagian kulit larva sehingga larva tertutup oleh spora-spora seperti lapisan tepung. Lapisan spora ini berwarna putih dan sehari kemudian warnanya berubah menjadi hijau. Jamur ini sangat virulen membunuh larva dalam jumlah besar dan terdapat variasi serangan pada sarang-sarang yang diaplikasi Jamur Metarhizium anisopliae

Penyerahan Bantuan Oleh BPTPHP kepada Gapoktan Sido Makmur

Gerdal ini bertujuan agar para petani tumbuh dan berkembang menjadi petani maju yang mencintai lingkungannya dengan penggunaan agensia hayati dalam pengendalian OPT sehingga tidak merusak ekosistem wilayahnya. Pada kesempatan tersebut, diserahkan pula bantuan berupa sabit sebanyak 25 buah dan Jamur Metarhizium anisopliae sebanyak 40 kg. Bantuan secara simbolis diserahkan oleh Ibu Misgiyanti dari Balai Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah kepada Ketua Gapoktan Sido Makmur Desa Jamus Kecamatan Mranggen. (Ika Hardiyan S., S.P/Perkebunan)

Bagikan