
Implementasi RPIK, Pengembangan Sorgum Untuk Pakan dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
February 18, 2022
Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK) sebagai program unggulan Balitbangtan mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak karena memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Salah satunya implementasi sorgum sebagai pakan yang dikembangkan di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK) sebagai salah satu strategi Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) melibatkan kolaborasi lintas satker. Tujuanya untuk mendorong percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui introduksi hasil-hasil teknologi untuk pengembangan kawasan pertanian peternakan terpadu yang bersifat partisipatif.
Salah satu kegiatan RPIK di bidang peternakan yang saat ini sedang dilakukan ialah implementasi sorgum sebagai pakan ternak khususnya sapi di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Diungkapkan Peneliti Madya Loka Penelitian Sapi Potong Dr. Ir. Dicky Pamungkas, M.Sc. sampai saat ini Indonesia masih melakukan impor sapi karena kondisi peternakan tanah air belum bisa memenuhi kebutuhan sapi dalam negeri.
“Kebutuhan daging 683,29 ribu ton dan produksi daging saat ini masih 404,59 ribu ton, maka ada Defisit produksi daging sebanyak 278,70 ribu ton (40,79%) setara dengan 1,24 juta ekor sapi,” ungkapnya dalam Seminar Berkala Puslitbang Peternakan, Selasa (15/02).
Belum terpenuhinya kebutuhan daging sapi dari produksi dalam negeri bukan tanpa alasan, 95 persen dari populasi sapi yang ada, diusahakan oleh peternak kecil dengan jumlah mencapai 4,73 juta Rumah Tangga Peternak Sapi yang menjadikan beternak sebagai usaha sambilan. Padahal Indonesia sendiri memiliki banyak potensi sumber daya keragaman plasma nutfah, biomasa pakan yang berlimpah hingga sosial budaya yang bisa mendukung keberhasilan swasembada.
Untuk meningkatkan produktivitas dan produksi ternak serta meningkatkan kesejahteraan petani yang merupakan tujuan dari program RPIK, Ir. Dicky Pamungkas memilih mengembangkan tanaman sorgum sebagai kemandirian pakan di masyarakat.
“Sorgum memiliki beberapa keunggulan diantaranya merupakan hijauan yang dapat tumbuh di lahan kering (kontinuitas), memiliki kualitas yang baik, biomasa produksi, memiliki kemampuan regrowth, mudah dibudidayakan dan rentan terhadap penyakit,” ungkapnya.
Semua bagian dari sorgum dapat dimanfaatkan, mulai dari biji yang bisa dibuat menjadi tepung sebagai bahan makanan dan dedak sebagai pakan, daun sebagai pakan serta batang sorgum yang juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan dan bahan pembuat gula serta bioetanol.
Potensi sorgum sebagai pakan ternak bisa dibilang sangat baik, pada fase vegetatif kandungan PK diantara 13,76% – 15,66%, SK 26,06% – 31,85%. Setiap hektar tanaman sorgum dapat menghasilkan jerami dengan BK 2,62 ton. Dan potensi daun sorgum 14-16 persen dari bobot segar batang, atau sekitar 3 ton daun segar/ha dari total produksi 20 ton/ha.
Di provinsi Jawa Timur, Kabupaten Situbondo merupakan salah satu kabupaten yang sudah memanfaatkan Sorgum sebagai sumber pakan. “Dari 17 kecamatan yang ada di Situbondo, 4 kecamatan sudah ditanami sorgum sejak dulu. Dengan menanam sorgum Manis untuk Pakan dan non-pakan/ Industri (Bioguma) dengan lahan seluas 220 ha lahan rakyat. Dapat dihasilkan 30-40 ton/ha dan disana permintaan sorgum dalam bentuk silase sangat tinggi, karena itu kami memilih kabupaten Situbondo sebagai wilayah program RPIK,” ungkap Dicky.
Dengan dukungan berbagai pihak terutama masyarakat, membangun kemandirian pakan berbasis sorgum yang dilakukan sebagai bagian dalam program RPIK sudah menunjukkan hasil. Diantaranya terbangunnya Pabrik Silase Pakan Ternak seluas 150 m2, terealisasikannya pembuatan mesin pemotong tanaman (shreeder) dan mesin pencacah (chopper), luas tanam dan luas panen telah melebihi target 50 ha dalam satu kawasan di Desa Klatakan, dan diperoleh paket teknologi budidaya sorgum yang efisien dan adaptif untuk peningkatan hasil biji dan biomas pada lahan kering dan teknologi pemupukan yang efektif dan efisien.
“Kita juga telah bisa menghasilkan minimal 2 ton benih Bioguma Agritan bersertifikat label putih, tertanam 25 hektar tanaman sorgum manis Bioguma Agritan, perpendekan days open induk sapi menjadi kurang dari 90 hari, serta penguatan integrasi Sorgum dengan legume lokal, dan kita juga bisa mengirimkan silase sorgum untuk feed emergency untuk ternak Sapi, Kambing, dan domba yang terdampak erupsi gunung Semeru,” ujar Dicky.
Recent Comments