Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

BERITABonangDinpertan Pangan

ANTISIPASI PERTANIAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

Perubahan iklim global berdampak ke seluruh penjuru dunia.  Perubahan fenomena alam yang ekstrim ini mempengaruhi kegiatan budidaya pertanian dan penerapan teknologi dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan pertanian. Tujuan pembangunan pertanian untuk menyediakan pangan bagi 267 juta jiwa penduduk Indonesia dan meningkatkan pendapatan petani.  Perubahah iklim yang berdampak pada pertanian seperti perubahan pola curah hujan, kenaikan suhu udara, kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan menyebabkan penurunan produksi yang dapat menghambat pencapaian tujuan pembangunan pertanian. 

Dampak perubahan iklim global jika dibiarkan akan berpotensi mengancam penurunan produktivitas, produksi, mutu hasil pertanian, serta menurunnya efesiensi dan efektifitas distribusi pangan kususnya padi.  Selain itu perubahan iklim global juga menyebabkan rentannya ketahanan pangan yang dapat berdampak negatif terhadap kehidupan sosial dan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat

Sebagai solusi untuk menanggulangi dampak negatif perubahan iklim, Pemerintah menerapkan strategi melalui pertanian cerdas iklim (CSA). Penerapan CSA sangat penting karena pertanian dihadapkan dengan tantangan besar, yakni perubahan iklim dan pandemi Covid-19. Menghadapi tantangan perubahan iklim ini  bukan dengan cara-cara klasik, tetapi harus dengan smart farming.  Implementasi teknologi CSA meliputi: penggunaan pestisida nabati, varietas padi unggul rendah emisi, teknik pengairan hemat air, jajar legowo, pemupukan berimbang dan penggunaan bahan organic, dapat berkontribusi dalam peningkatan produktivitas, peningkatan IP,  peningkatan pendapatan, serta penurunan gas emisi rumah kaca.

Pada dasarnya CSA merupakan pendekatan pada pengembangan strategi pertanian untuk mengamankan ketahanan pangan berkelanjutan dalam menghadapi kondisi perubahan iklim.  Pertanian Cerdas Iklim menjadi kunci utama dalam peningkatan produktivitas dalam menghadapi perubahan iklim. 

Pendekatan Teknologi CSA dalam menghadapi perubahan iklim dilakukan melalui::

  1. Penggunaan teknologi pengairan hemat air melalui intermitten/ AWD. Teknologi irigasi hemat air dapat diterapkan pada lahan sawah antara lain irigasi intermittent dan alternate wetting and drying (AWD). Teknik irigasi terputus (Intermittent irrigation) adalah teknik pemberian irigasi secara terputus sehingga tidak terjadi penggenangan. Pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian tidak menggunakan system monitor untuk penggenangan. Pemberian irigasi diberikan sesuai kebutuhan tanaman dengan interval waktu pemberian yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis tanah
  2. Penggunaan bahan organik melalui pupuk organik dan pestisida nabati. penggunaan pupuk unorganik dan pestisida yang kurang bijaksana dapat menimbulkan masalah kesehatan, pencemaran lingkungan, dan gangguan keseimbangan ekologis. Selain itu, harga yang tinggi sehingga sulit dijangkau oleh petani. Oleh karena itu, penggunaan pupuk organik dan pengendalian secara alami menggunakan pestisida nabati yang ramah lingkungan perlu ditingkatkan. Pembuatan pupuk organik dapat menggunakan sumber-sumber bahan organik di sekitar lahan pertanian diantaranya limbah pertanian seperti jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung, semua bagisan vegetatif tanaman, batang pisang, sabut kelapa; Limbah kotoran ternak padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, cairan biogas; Pupuk hijau seperti mukuna, turi, lamtoro, sentrosema, albisia, tanaman Liar seperti  Ki pahit, kirinyuh, Mimosa sp ; tanaman air seperti Azolla, enceng gondok, gulma air , limbah industri seperti sebuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit, limbah pengalengan makanan dan pemotongan hewan.
  3. Pemupukan berimbang melalui penerapan perangkat uji tanah sawah (PUTS) ataupun perangkat uji tanah rawa (PUTR) untuk menentukan dosis pupuk dasar (pupuk P, N, dan K).  Perangkat ini dilakukan agar diperoleh rekomendasi pupuk yang berimbang sesuai dengan keperluan secara mudah, cepat dan tepat. 
  4. Penggunaan bibit unggul, rendah emisi dan bermutu (melakukan uji benih). Varietas unggul bersertifikat yang rendah emisi untuk meningkatkan produksi padi dan pendapatan petani. Peningkatan produktivitas dicapai melalui peningkatan potensi atau daya hasil tanaman, ketahanannya terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), serta adaptasi terhadap kondisi lingkungan spesifik lokasi.  Benih padi unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim diantaranya: varietas rendah emisi (Ciherang, Way Apoburu, Mekongga, Inpari 13
  5. Penerapan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terpadu untuk preventif. Pengendalian secara alami menggunakan pestisida nabati  yang ramah lingkungan perlu ditingkatkan.  Penggunaan Pestisida perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak menimbulkan masalah kesehatan, pencemaran lingkungan, dan gangguan keseimbangan ekologis

Peran penyuluh sangat penting dalam pendampingan petani dalam menghadapi perubahan iklim, sehingga tidak berdampak negatif terhadap produksi, ekonomi dan  kesejahteraan petani.

Sumber: http://cybex.pertanian.go.id/artikel/100703/antisipasi-pertanian-terhadap-perubahan-iklim-/

Bagikan