Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

BERITADinpertan Pangan

Mengupayakan Jagung Supaya Tidak Ditolak Di Pasaran

Upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat ditempuh melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Perluasan areal dapat diarahkan pada lahan-lahan potensial seperti lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, dan lahan kering yang belum dimanfaatkan untuk pertanian.

Selain melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas, upaya pengembangan jagung juga memerlukan peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, pengembangan unit usaha bersama, perbaikan sistem per-modalan, pengembangan infrastruktur, serta pengaturan tata niaga dan insentif usaha. Dalam kaitan ini diperlukan berbagai dukungan, termasuk dukungan kebijakan pemerintah.

Dari aspek teknis, teknologi yang diperlukan untuk mendukung pengembangan jagung antara lain adalah varietas hibrida dan komposit yang lebih unggul (termasuk penggunaan bioteknologi), di antaranya memiliki sifat toleran kemasaman tanah dan ke-keringan, teknologi produksi benih sumber dan sistem perbenihannya, teknologi budidaya yang efisien dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu, dan teknologi pascapanen untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk.

Tidak jarang di lapangan jagung gagal diterima oleh pabrik karena kualitasnya kurang memenuhi. Persyaratan pabrik biasanya kadar air 15%, aflatoksin 100PPB, Screen test 16%, Biji pecah 4%, biji rusak 6%, biji jamur 4 % dan kotoran fisik 2%.  Oleh karena itu perlu diupayakan kualitasnya baik. Untuk itu penentuan waktu panen dan perlakuan pasca panen sangat penting diperhatikan.

Tujuan utama dari penanganan pascapanen adalah mencegah susut bobot, memperlambat perubahan kimiawi yang tidak diinginkan, mencegah kontaminasi bahan asing dan mencegah kerusakan fisik. Sanitasi juga merupakan hal yang penting dalam mencegah keberadaan patogen perusak bahan pertanian.

Penanganan pascapanen merupakan salah satu mata rantai penting dalam usahatani

jagung. Pada umumnya petani memanen jagung pada musim hujan dengan kondisi lingkungan yang lembab dan curah hujan yang masih tinggi.

Hasil survei menunjukkan bahwa kadar air jagung yang dipanen pada musim hujanmasih tinggi, berkisar antara 25-35%. Apabila tidak ditangani dengan baik, jagung berpeluang terinfeksi cendawan yang menghasilkan mikotoksin jenis aflatoksin.Oleh karena itu penanganan pasca panen perlu diperhatikan agar dapat menghasilkan produk berkualitas baik, sehingga saat djual  dapat diterima di pasaran dengan nilai tinggi.Adapun tahapan pasca panen jagung adalah sebagai berikut: a. Pengeringan; Pengeringan adalah proses penurunan kadar air sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diproses selanjutnya dan aman untuk disimpan dan mutu produk yang dihasilkan tinggi. Tujuan pengeringan adalah memenuhi persyaratan mutu yang akan dipasarkan, kadar air jagung yang memenuhi standar mutu perdagangan adalah 14%. Tujuan pengeringan adalah untuk menghindari kerusakan-kerusakan seperti kerusakan karena biji terangsang pertunbuhannya, dan kerusakan karena mikroba yang terangsang perkembangannya. Disarankan agar pengeringan dilakukan segera dalam waktu 24 jam setelah panen b. Pemipilan Pipilan adalah pemisahan biji jagung dari tongkolnya, yang dapat dilakukan bila tongkol sudah kering dan kadar air biji tidak lebih dari 18%. c. Penyimpanan ; Penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan kualitas sekaligus mencegah kerusakan yang disebabkan factor luar dan dalam. Biji yang akan disimpan kadar air sebaiknya 13%, dimana jamur tidak tumbuh dan respirasi biji rendah d.Pemanenan;Tanda jagung siap panen atau matang optimal antara lain : bila kelobot telah berwarna kuning, biji telah keras dan warna biji mengkilap, jika ditekan dengan ibu jari tidak lagi ditemukan bekas tekanan pada biji tersebut, pada keadaan seperti ini kadar air sudah mencapai sekitar 35%.

Cara lain untuk menentukan tingkat kematangan jagung adalah terbentuknya lapisan berwarna hitam pada butiran, terbentuk dalam selang waktu lebih kurang tiga hari bersamaan dengan tercapainya berat kering maksimum pada butiran.

Tanaman jagung dapat dipanen pada kadar air tinggi dan kadar air rendah, terrgantung dari tujuan memanen dan permintaan pasar.

Jagung yang dipanen pada kadar air tinggi yaitu pada kadar air sekitar 35% (pada matang optimal). Sedangkan jagung yang dipanen pada kadar air rendah biasanya ditandai dengan kelobot batang dan daun yang sudah berwarna coklat dan tanaman sudah sangat kering, biasanya kadar air berkisar antara 17-18%.

Jagung merupakan salah satu tanaman serealia penting di Indonesia, selain  sebagai tanaman bahan pangan pokok pengganti beras dalam upaya diversifikasi pangan, jagung juga merupakan pakan ternak.

Dewasa ini jagung tidak hanya digunakan untuk bahan pangan tetapi juga untuk pakan. Dalam beberapa tahun terakhir proposi penggunaan jagung oleh industri pakan telah mencapai 50% dari total kebutuhan nasional. Dalam 20 tahun ke depan, penggunaan jagung untuk pakan diperkirakan terus meningkat dan bahkan setelah tahun 2020 lebih dari 60% dari total kebutuhan nasional. 

Sumber: http://cybex.pertanian.go.id/artikel/101149/mengupayakan-jagung-supaya-tidak-ditolak-di-pasaran/

Bagikan