Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

BERITADinpertan Pangan

GENJOT PANGAN LOKAL BERSERTA OLAHANNYA MELALUI DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL

Pembangunan sektor pertanian harus diupayakan dengan berbagai langkah dalam mempersiapkan pangan rakyat Indonesia yang berorientasi pada tercapainya kesejahteraan dan peningkatan pendapatan petani. Daerah-daerah yang memiliki potensi dan produktivitasnya tinggi harus diintervensi dengan berbagai terosan teknologi.

 Kementerian Pertanian memiliki komitmen besar untuk mendorong diversifikasi pangan lokal melalui pengembangan dan peningkatan produksi pertanian dengan memanfaatkan Inovasi teknologi.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) memiliki harapan besar agar pangan lokal Indonesia bisa masuk pasar dunia.

“Pangan lokal berdampak pada ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, Kementan terus fokus dalam meningkatkan produksi dan kualitas hingga bisa berdampak pada kegiatan ekspor,” jelas Syl.

Lebih lanjut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan bahwa beliau mendorong kemandirian pangan untuk mengurangi ketergantungan impor. Di antaranya melalui diversifikasi pangan sebagai pengganti makanan utama dalam menghadapi berbagai ancaman krisis global.

“Pangan itu tidak harus beras, kita melakukan juga upaya diversifikasi pangan. Beberapa pangan lokal kita intervensi seperti singkong, talas, dan umbi-umbian lainnya,” ujar mentan.

Sejalan dengan hal tersebut, pada agenda Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) volume 21 yang bertemakan kostratani sebagai pusat konsultasi agribisnis, Jum’at (10/06/2022) yang dilaksanakan secara virtual di AOR BPPSDMP Jakarta, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi pada arahannya mengatakan bahwa hidup dan kehidupan tidak lepas dari energi dan pangan, pangan dan energi kebutuhan pangan kita mahluk hidup di muka bumi ini.

 Lebih lanjut Dedi mengatakan bahwa sudah 3 (tiga) tahun Indonesia tidak impor beras, apabila beras bermasalah akan menyebabkan krisis pangan, dalam rangka antisipasi kita harus genjot produk pangan, stop pangan impor.

“Tantangan saat ini, bagaimana kita membuat pangan lokal rasa dan olahannya enak dan juga bagaimana pemasaran yang baik serta pengemasan yang menarik”.ujar Dedi.

 Selanjutnya Dedi mengajak untuk para insan pertanian untuk mengenjot pangan lokal berserta olahannya dengan melakukan diversifikasi pangan lokal.

 Sementara itu Akademisi IPB dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT IPB) Netti Tinaprilla mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam memperluas pengembangkan potensi pangan lokal.

 Menurutnya, konsumsi pangan lokal atau yang biasa disebut diversifikasi pangan merupakan sebuah keharusan untuk menguatkan ketahanan pangan Indonesia agar lebih beragam. “Diversifikasi konsumsi pangan lokal mau tidak mau harus menjadi perhatian bersama untuk terus dikembangkan. Kita harus bisa memanfaatkan kearifan lokal dan industri kuliner agar gizi kita tetap seimbang,” ujar Netti.

Pada paparan materi di MSPP, Netti mengatakan bahwa kita harus memahami konsumen untuk melakukan marketing strategi agar yang kita jual sesuai dengan yang diinginkan konsumen.

“Kunci keberhasilan para agripreneur yaitu strategi dalam pemasaran produk”. jelas Netti.

 Narasumber MSPP lainnya, A.Dwi Sartika yang merupakan petani dan pengusaha milenial berbagi pengalamannya dalam berbisnis coklat, hal ini sejalan dengan kehadiran kostrani sebagai pusat  pembangunan pertanian di daerah  Biromaru Kabupaten Sigi menjadi pusat  konsultasi agribisnis dan membantu menjembatani  berbagai permasalahan petani Kakao khususnya di Sulawesi  Tengah.

 A.Dwi Sartika menjelaskan untuk coklat dibagi menjadi dua jenis yaitu couverture dan jenis compound.

“Untuk jenis couverture rasanya sangat manis dengan lemak kakao sedangkan compound memiliki tingkat manis yang berbeda dan berasal dari lemak nabati”. jelas A Dwi sartika.

Lebih lanjut A.Dwi Sartika mengatakan bahwa Indonesia mempunyai peluang yang besar untuk memenuhi kebutuhan coklat dunia.

“Indonesia sebenarnya mampu memenuhi coklat dunia sebanyak 60 kg per tahun, mari kita produksi olahan coklat lebih banyak lagi” tutup A.Dewi sartika.

Sumber: http://cybex.pertanian.go.id/artikel/101344/genjot-pangan-lokal-berserta-olahannya-melalui-diversifikasi-pangan-lokal/

Bagikan