Menjaga Performa Broiler Tetap Baik Pasca Pelarangan AGP
February 26, 2021
Tantangan menjalankan usaha peternakan ayam ras pedaging (broiler) kian besar, pasca pelarangan penggunaan Antibiotics Growth Promotor (AGP) Peternak dituntut untuk bisa menerapkan praktek tata laksana pemeliharaan yang lebih terprogram agar ayam yang dibudidayakan mencapai pertumbuhan optimal dan terjaga kesehatannya sampai tiba saat dipanen.
Praktisi peternakan broiler, drh Eko Prasetio, di acara webinar dalam rangka peluncuran buku “Manajemen Kesehatan Unggas Modern” hasil karyanya, Selasa (23/02) mengemukakan , sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan pelarangan penggunaan Antibiotic Growth Promoters (AGP) di pakan unggas ,praktis pakan ayam buatan pabrik sejak tahun 2018 tak lagi mengandung AGP.
Di awal penerapan kebijakan tersebut sempat muncul dampak yang tak diinginkan peternak unggas antara lain terjadi lonjakan kasus penyakit hewan terkait dengan saluran pencernaan , bahkan kasus runting dan stunting ( kekerdilan ) juga meningkat.
“Guna meminimalisasikan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan maka upaya deteksi dini perlu dilakukan peternak. Penyesuaian-penyesuaian harus dilakukan untuk memitigasi segala risiko,” jelas Eko.
Upaya monitoring hendaknya sudah dilakukan peternak sejak bibit ayam (DOC) datang dengan cara mengamati sosok DOC bersangkutan. Disamping mengamati kondisi fisik, dilakukan juga penimbangan berat DOC (Day Old Chick/Anak ayam umur sehari) , pengukuran suhu tubuh serta pengamatan keseragamannya (uniformity).
Kualitas DOC, menurut Eko, antara lain bisa dilihat dari kondisi berat tubuhnya. DOC itu ada yang berasal dari telur-telur induk berusia tua, berusia muda dan induk yang dalam masa puncak produksi . DOC yang berasal dari induk berusia tua biasanya beratnya lebih tinggi dibanding DOC dari induk berusia muda maupun induk dalam masa produksi puncak.
“Makin tinggi berat DOC biasanya pertumbuhan badan (Relatif Growth/RG) nya rendah. Jadi tatalaksana pemeliharaan DOC seharusnya berbeda dalam kondisi berat badan yang berbeda,” tutur alumnus Fakultas Kedokteran Hewan UGM tersebut.
Monitoring Titik Kritis
Dengan mengetahui persis kondisi berat DOC, suhu tubuh DOC serta uniformitynya maka peternak bisa menyusun perencanaan untuk melaksanakan tahapan pemeliharaan dari DOC sampai sebelum lepas penghangat (Masa Brooding) .
Monitoring titik kritis (parameter kunci) dalam pemeliharaan ayam ada pada 24 jam pertama dinilai pria 41 tahun itu sangat penting dilakukan karena akan menentukan performa ayam di sisa waktu pemeliharaan berikutnya .
Selanjutnya peternak juga perlu melakukan evaluasi di minggu pertama pemeliharaan. Indikator yang diamati meliputi berat badan ayam, feed conversi (FC), total deplesi (mortalitas/kematian dan culling) dan uniformity. Kondisi penurunan yang tinggi bisa disebabkan kualitas DOC yang rendah atau bisa juga karena tatalaksana di periode brooding yang kurang tepat.
Ia menekankan bahwa performa ayam di minggu pertama pemeliharaan juga sangat penting dimonitor . Jika di minggu pertama RG nya rendah maka bisa jadi organ-organ pencernaan tidak berjalan normal sehingga membuat ayam tidak bisa tumbuh optimal . “Rendahnya RG ini bisa menjadi alarm untuk mengingatkan agar peternak sedini mungkin melakukan upaya-upaya yang dapat mendukung kesehatan ayam,” ujar dokter Eko.
Jika memang dipandang perlu diberikan probiotik atau sediaan herbal untuk pengganti AGP,ia menyarankan pemberiannya seawal mungkin bisa lewat pakan atau juga dicampurkan ke air minum. Umumnya peternak dalam memberikan pengganti AGP ini mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan tetap mempertimbangkan aspek efisiensi usaha.
Disamping di minggu pertama, evaluasi juga diperlukan berkala di minggu ke-2, ke-3, disaat penjarangan sampai saat panen. Di periode tersebut antara lain peternak harus memonitor tingkah laku ayam, sebaran ayam serta keterisian tembolok. “Kita harus memperhatikan apakah ayam kedinginan atau kepanasan . Segera lakukan penyesuaian bila ayam kelihatan tidak nyaman di kandangnya,” tegas Eko.
Recent Comments