Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

ARTIKELDinpertan Pangan

KAMBING BOER, KAMBING PEDAGING YANG SESUNGGUHNYA

Masyarakat Indonesia umumnya menyukai daging kambing. Kondisi ini sangat menguntungkan para peternak. Kambing Boer adalah pilihan yang tepat karena pertumbuhannya yang sangat cepat serta persentase daging karkas yang tinggi.

Bermacam kambing sudah banyak dibudidayakan para peternak. Salah satu diantaranya adalah kambing Boer. Hewan yang asal muasalnya dari Afrika Selatan ini memiliki ciri-ciri khusus sehingga mudah dikenali. Berbeda dengan kambing pada umumnya, kambing Boer memiliki tubuh yang lebar, panjang dan berbulu putih. Selain itu, kakinya agak pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari.

Kambing Boer disebut juga kambing pedaging sesungguhnya, sebab pertumbuhannya yang sangat cepat. Pada umur lima hingga enam bulan, kambing ini dapat mencapai berat 35 – 45 kg. Dibandingkan dengan kambing lokal, persentase daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi, mencapai 40% – 50% dari berat tubuhnya. Sehingga tidak berlebihan kalau banyak peternak tertarik membudidayakannya.

Untuk membudidayakan kambing boer perlu diperhatikan beberapa hal. Diantaranya yang terutama adalah: bibit; kandang; pakan; penyakit, penanggulangan dan pencegahannya.

Bibit, jika tujuan pemeliharaan untuk mengembangbiakan, hal yang perlu diperhatikan dalam memilih kambing jantan : sehat; tubuh besar; bulu bersih mengkilap; badan panjang, kaki lurus, tidak cacat; tumit tinggi, penampilan gagah; aktif dan nafsu kawinnya besar, mudah ereksi; buah zakarnya normal (2 buah, sama besar dan kenyal); sebaiknya dari keturunan kembar. Kambing betina : sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat; bulu bersih dan mengkilap; alat kelaminnya normal; mempunyai sifat keibuan (mengasuh anak dengan baik); ambing (buah susu) normal (halus kenyal tidak terinfeksi atau terjadi pembengkakan); sebaiknya berasal dari keturunan kembar. Proses perkawinan, setelah kambing memasuki masa dewasa kelamin. Tanda-tanda dewasa kelamin :  berumur 6-8 bulan (mulai birahi). Umur pertama kali dikawinkan 10 – 12 bulan (untuk betina), sedangkan yang jantan mulai dipakai sebagai pemacek berumur lebih dari 1 tahun. Tanda betina siap kawin : 1) Alat kelamin bagian luar membengkak, basah, merah dan hangat; 2) Ekor digerak-gerakan; 3) Diam bila dinaiki oleh pejantan. Waktu Kawin yang tepat adalah 12-18 jam setelah terlihat tanda-tanda birahi. Untuk memudahkan proses kawin dan mengurangi resiko kegagalan maka kambing betina dan pejantan dimasukkan dalam satu kandang.  Hindarkan terjadinya perkawinan antar saudaranya atau anak dengan bapaknya, atau induk dengan anaknya. Tanda siap melahirkan : Pinggul mengendur, Ambing tampak besar dan putting susu terisi penuh, Alat kelamin bengkak kemerah-merahan dan lembab, Gelisah, Nafsu makan menurun. Perawatan kambing yang baru lahir : 1) Perhatikan ikatan anak dan induk setelah melahirkan apakah induk aktif menjilati dan menyusui anaknya; 2) Bila induk tidak mau menyusui anaknya, pegang induk dan dekatkan kepada anaknya sehingga anak dapat menyusu kepada induknya. Bila tetap tidak mau menyusui selama lebih dari 4 jam berikan susu bubuk putih + gula 1 sendok teh + 1 butir telur ayam + 1 cangkir air matang aduk dan minumkan dengan bantuan dot, berikan dua kali sehari sampai induk mau menyusui sendiri.

Perkandangan, tentukan dulu lokasi dan arah menghadapnya. Usahakan ke Timur, agar kandang yang dibuat memenuhi persyaratan kesehatan ternak. Syarat lain : 1) Kandang dapat dibuat dari bahan yang kuat, murah harganya dan tersedia di lokasi; 2) Kandang beratap, diberi dinding dengan ventilasi agar sirkulasi udara lebih baik.

Pakan kambing lebih mudah dan bervariasi dibandingkan dengan pakan (hijauan) untuk sapi. Kambing cenderung memakan semua jenis rumput, limbah pertanian, dan daun-daun pepohonan. Namun demikian perlu diberi keseimbangan ransum demi tercapainya hasil optimal, agar proses budidaya dapat sukses. Rumput adalah sumber tenaga atau energi dengan sedikit kandungan protein. Jenis rumput yang umum digunakan adalah rumput lapangan. Jenis rumput yang dibudidayakan antara lain : Rumput Setaria, Rumput Brachiaria, Clitoria ternatea, dan lain-lain. Selain rumput, sisa hasil pertanian juga dapat digunakan antara lain : kulit dan daun singkong, daun pepaya, batang kangkung, daun jagung, jerami padi. Dapat juga digunakan pakan alternatif yang bersumber dari hasil olahan pertanian antara lain: dedak padi, ampas tahu, dan lain-lain. Kebutuhan pakan : 1) Kambing Dewasa 1 bagian daun + 3 bagian rumput; 2) Kambing yang akan dikawinkan 2 bagian daun berprotein + 3 bagian rumput; 3) Kambing bunting 3 bagian daun + 3 bagian rumput.   

Penyakit, yang biasa menyerang kambing adalah penyakit cacing. Umumnya disebabkan oleh parasit cacing dari golongan cacing gilig, tetapi ada juga dari golongan cacing pipih ataupun cacing Pita. Gejala : 1) Kambing semakin kurus; 2) Bulu kambing berdiri dan kusam; 3) Nafsu makan berkurang; 4) Kambing terlihat pucat; 5) Kotoran lembek sampai mencret sehingga kandang cepat menjadi kotor. Penanggulangannya,  menggunakan : 1) Obat tradisional : a) Daun nenas yang dekeringkan,  dihaluskan, kemudian ditimbang 300 mg untuk 1 kg bobot badan kambing dicampur air kemudian diminumkan diulang 10 hari sekali. Tapi ingat, jangan diberikan pada ternak bunting; b) Bisa juga menggunakan daun nenas segar dihilangkan durinya ditimbang 600 mg untuk 1 kg bobot badan kambing kemudian diberikan kepada kambing diulang 10 hari sekali (juga jangan diberikan pada ternak bunting); 2) Obat pabrikan, biasanya digunakan albendazole, valbanzen atau ivermectin yang diulang setiap 3 bulan sekali.

Pencegahan, agar terhindar dari berbagai penyakit maka upayakan: 1) kandang selalu bersih dan kering; 2) kotoran, sampah dan sisa pakan dibuang jauh dari lokasi kandang atau dibuat kompos; 3) Jangan menggembalakan kambing pada pagi hari dan pada satu area (usahakan berpindah-pindah); 4) Jangan berikan rumput yang masih berembun; 5) Aritlah rumput 2-3 cm diatas permukaan tanah. Demikian sekilas tentang kambing Boer beserta cara pembudidayaannya.

Sumber: http://cybex.pertanian.go.id

Bagikan