Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

Uncategorized

MENGENAL AGRIBISNIS MODEL CLOSED CLOOP

Sektor pertanian sering menghadapi persoalan ketidak cocokan  antara produksi dan pemasaran, karena adanya time lag yang cukup panjang antara waktu penanaman dengan saat produk dikonsumsi. Oleh karenanya, perlu upaya serius yang melibatkan berbagai pelaku usaha untuk dapat memberikan perubahan pada produktivitas pertanian dan jaminan pasar, yaitu dengan Model closed-cloop (lingkaran Tertutup). 

Closed Loop merupakan model kemitraan agribisnis hulu sampai hilir yang dikembangkan dalam ekosistem yang berbasis digital, teknik budi daya Good Agricultural Practices, sistem logistik yang baik, serta jaminan pasar dan harga yang bersaing oleh off taker. Program kemitraan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui pendampingan proses budi daya dan kepastian akses pasar.

Seperti diketahui, Potensi berbagai pihak untuk bekerjasama dalam mengoptimalkan potensi sumberdaya dalam memecahkan berbagai tantangan di sektor pertanian terbuka lebar. Dalam hal ini, keberadaan para aktor di sepanjang rantai nilai pertanian, mulai dari hulu sampai ke hilir, tidak boleh dipandang selalu dari sisi kompetisi, yang dalam slogan lama akan dapat menciptakan efisiensi.

Sebagai model bisnis awal untuk closed-loop, komoditas yang dipilih masih berpeluang besar untuk peningkatan produktivitas dan fluktuasi harga yang terjadi baik di pasar maupun di tingkat petani.

Dari sisi sarana produksi pertanian, beberapa pihak dapat bersinergi secara langsung untuk mendukung aplikasi pertanian yang lebih presisi. Pada closed-loop perusahaan sebagai produsen utama benih misalnya akan menyediakan benih yang diperlukan untuk budidaya pertanian.

Sedangkan perusahaan pupuk berperan dalam pendampingan aplikasi pupuk sehingga lebih optimal. Perusahaan Obat berperan dalam penanggulangan hama dan penyakit. Perbaikan penggunaan faktor produksi utama dalam budidaya oleh petani harus diikuti dengan tahap selanjutnya yang akan menentukan besaran penerimaan petani.

Setelah dilakukan proses panen dan penanganan pasca panen dengan baik, maka pasar yang menjadi muara dari produksi petani harus disiapkan dengan baik. Untuk dapat menjamin keberlanjutan dari proses pemasaran yang efisien, dukungan kelembagaan petani yang mapan sangat diperlukan.

Idealnya, korporasi petani ini yang akan mengelola bisnis mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya yang sesuai dengan prosedur baku dan pemasaran produk, yang dimulai dengan sortasi, pengemasan sampai transportasi ke pasar penampung atau kosumen akhir. Dalam hal ini, Perusahaan yang mempunyai jejaring pasar induk yang sudah baik, dapat melakukan kesepakatan yang bersifat jangka panjang dengan kelembagaan petani yang dibentuk tersebut. Selain itu, dunia industri juga dapat melakukan kontrak dengan petani untuk kebutuhan pasokan secara rutin dalam jumlah yang memadai.

Pengembangan model closed-loop harus didukung oleh teknologi informasi (ICT) yang memadai. Untuk mengelola kegiatan pemberdayaan peran penyuluh di daerah beririgasi, diseminasi teknologi pertanian mulai dari penyediaan benih, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit sampai kepada pemasaran dapat dilakukan secara digital melalui aplikasi RiTx Bertani.

Untuk pembiayaan dalam closed-loop bekerjasama dengan Perbankan. Hasilnya, bisa disusun untuk meningkatkan kinerja bisnis melalui sinergi antar pemangku kepentingan dengan petani. Dimana Peningkatan produktivitas dan tingkat harga yang lebih tinggi yang diterima oleh petani saat panen menjadi contoh dari keluaran yang terukur.

Dalam implementasi kegiatan ini tentunya petani bukan menjadi obyek. Dalam hal ini peran petani tokoh atau champion sangat penting. Dalam Program closed-loop ini petani diajak untuk lebih professional karena sudah bekerja sama dengan off-taker sehingga harus di buat rencana tanam dan panen. 

Sumber: http://cybex.pertanian.go.id/artikel/99955/mengenal-agribisnis-model-closed-cloop/

Bagikan