Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

ARTIKELDinpertan Pangan

INTEGRASI TANAMAN JAGUNG-TERNAK SAPI DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH RAMAH LINGKUNGAN

Pemanfaatan limbah tanaman jagung  berpotensi untuk mendukung penerapan sistem integrasi tanaman dan ternak. Pengolahan dan pemanfaatan limbah kotoran ternak sebagai pupuk organik cair dan padat dapat menekan pemakaian pupuk anorganik sekaligus meningkatkan pendapatan petani 29,5% lebih tinggi dibandingkan tanpa pemakaian pupuk organik. Sehingga  dapat mengakselerasikan proses adopsi teknologi integrasi tanaman dan ternak pada tingkat petani.

Sistem integrasi tanaman-ternak akan menghasilkan limbah yang harus dikelola, karena selain mereduksi pencemaran lingkungan, juga akan memberikan nilai tambah dari limbah tersebut. Limbah tanaman dapat digunakan sebagai pakan, salah satunya adalah pakan awetan (silase). Dengan memaksimalkan pengawetan kandungan nutrisi, silase dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau .Limbah ternak (kotoran sapi) dapat digunakan sebagai pupuk atau sumber bahan baku energi alternatif.

Jerami tanaman jagung segar yang selama ini dianggap limbah ternyata mempunyai nilai gizi hampir mendekati nilai gizi rumput gajah dan cukup disukai ternak sapi. Selain itu limbah lainnya seperti tongkol dan kulit buah dapat diolah menjadi bahan hijauan pakan sapi.

Inovasi teknologi integrasi jagung dan mencakup teknologi silase jagung dan pengolahan serta pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi untuk pupuk cair dan padat. Limbah berupa kotoran padat dan cair dari usaha peternakan sapi ini telah berhasil diolah petani untuk kompos dan pupuk cair urine. Saat ini, penggunaan pupuk cair urine dan kompos mulai berkembang secara luas pada tingkat petani untuk tanaman jagung, kelapa sawit, padi, dan tanaman sayuran. Pemakaian pupuk organik cair dan padat ini dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi pemakaian pupuk anorganik, dan diterapkannya sistem usaha pertanian ramah lingkungan.

Pemanfaatan limbah jagung

Limbah tanaman jagung diolah menjadi pakan ternak dengan menggunakan teknologi pengolahan pakan ternak. Teknologi tersebut mampu membuat limbah menjadi berkualitas dan bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama. Ada beberapa teknologi pengolahan pakan, diantaranya pembuatan  silase. Pakan silase mampu bertahan cukup lama tanpa mengalami penurunan kualitas pakan. Limbah jagung yang digunakan, harus memiliki kadar air sekitar 60 persen sehingga pengeringan biasanya berlangsung selama 2—3 hari setelah panen.

Proses pembuatan silase harus dilakukan di dalam wadah kedap udara untuk menghindari terjadinya kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri merugikan, seperti bakteri Clostridium tyrobutyricum. Proses pembuatan silase berlangsung selama kurang lebih tiga minggu.

Pemanfaatan Urine dan kotoran ternak

Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut. Kotoran ternak dapat juga dicampur dengan bahan organik lain untuk mempercepat proses pengomposan serta untuk meningkatkan kualitas kompos tersebut.

Sedangkan pemanfaatan Urine ternak dari beberapa hasil uji laboratorium bahwa urine sapi potong kandungan nitrogennya sama dengan yang ada pada pupuk SP36, yaitu 36 % nitrogen, atau tak beda jauh dengan kandungan nitrogen pupuk urea, yakni 45 %. Manfaat pupuk organik cair (biourine) adalah sebagai berikut: 1). Untuk menyuburkan tanaman 2). Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah 3). Untuk mengurangi dampak sampah organik di lingkungan sekitar 4). Untuk membantu revitalisasi produktivitas tanah dan 5). Untuk meningkatkan kualitas produk. Pupuk organik ramah lingkungan yang diolah dari limbah ternak itu bisa memutus ketergantungan petani terhadap pupuk urea atau pupuk kimia lainnya.

Hasil pengujian pemakaian pupuk cair urine dengan dosis 15 liter dalam 100 air dan 1,5 t/ha kompos yang diberikan pada umur 15 dan 45 hari ditambah pupuk anorganik dengan takaran 200 kg urea, 100 kg SP 36, dan 50 kg KCl per hektar mampu meningkatkan produktivitas jagung hibrida Pioner 27 sebesar 13,6 t per hektar.

Peningkatan produktivitas ini lebih tinggi 17-30% dibandingkan perlakuan tanpa pemberian pupuk organik . Berkembangnya pemakaian pupuk organik cair dan padat ini berdampak pada peningkatan pendapatan peternak sebagai produsen pupuk organik dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani dalam sistem usaha taninya.

Selain itu keuntungan yang bernilai ekonomi dari pengembangan sistem integrasi jagung dan usaha peternakan sapi tidak hanya berimplikasi terhadap peningkatan pendapatan petani, tapi juga menekan pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan. Nilai ekonomis berangkasan tanaman jagung yang menjadi penerimaan petani akan menghindari sistem bakar waktu panen.

Sumber: http://cybex.pertanian.go.id/artikel/99177/integrasi-tanaman-jagung-ternak-sapi-dengan-pemanfaatan-limbah-ramah-lingkungan/

Bagikan