Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

Uncategorized

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEPUNG PISANG

Pisang termasuk buah tropika yang produksinya melimpah saat panen raya khususnya di daerah Lampung. Melimpahnya ketersediaan pisang menyebabkan pisang dirasakan bukanlah komoditas penting dan tidak memberikan nilai tambah bagi produsen pisang khususnya petani. Seperti halnya komoditas hortikultura lainnya, pisang tidak memiliki daya simpan yang lama sedangkan upaya mengolah pisang terbatas pada jenis makanan seperti pisang goreng, kolak dan sale. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan alternatif pengolahan lain yang dapat memberikan nilai tambah yaitu mengolah pisang menjadi tepung pisang. Sebagai produk setengah jadi tepung pisang dapat digunakan sebagai formula kue, substitusi terigu dan makanan bayi.  

Hasil pengkajian yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung tahun 2010 menunjukkan bahwa dari beberapa jenis pisang yang banyak dibudidayakan di Provinsi Lampung yaitu pisang janten, pisang muli, raja nangka dan kepok manado, pisang raja nangka merupakan pisang yang paling baik untuk diolah menjadi tepung pisang berdasarkan aspek rendemen (20-21%), total kandungan gula (4,985%), preferensi kesukaan konsumen, ketersediaan bahan baku dan dari aspek ekonomi. Tepung yang dihasilkan dari pisang raja nangka memiliki warna, tekstur dan aroma yang paling disukai oleh konsumen.

TAHAP PEMBUATAN TEPUNG PISANG

 Teknologi pembuatan tepung pisang sederhana, tidak perlu biaya besar, tahan disimpan,  mengandung zat gizi yang cukup beragam dan tentunya menguntungkan.

Tahapan pembuatan tepung pisang sebagai berikut:

  1. Siapkan pisang matang yang kulitnya masih hijau dan daging buah masih keras.
  2. Siapkan dandang untuk mengukus pisang (untuk skala kecil) atau buat wadah mengukus dari drum bekas yang berdinding rangkap (bila skala besar), pisau, talenan, alat perajang, alat pengering dan alat penggiling.
  3. Lakukan pengukusan selama 10 menit, untuk mengurangi getah dan memperbaiki warna tepung yang dihasilkan.
  4. Kupas buah dan potong tipis memanjang dengan ukuran (5 x 1 x 0,5 cm), untuk mempercepat saat penjemuran. 
  5. Lakukan perendaman pisang dalam larutan sodium metabisulfit (konsentrasi 0,3 %) selama 5 menit kemudian tiriskan.
  6. Pengeringan, dengan cara hamparkan potongan pisang di atas tampah lalu keringkan dengan menggunakan alat pengering (oven) sampai pisang benar-benar kering yang ditandai mengerasnya bahan tapi rapuh yang sering disebut gaplek pisang.
  7. Penggilingan, dilakukan menggunakan mesin penggilingan atau alu sampai halus (80 mesh), hasil penggilingan ini disebut tepung pisang.
  8.  Pengemasan dan penyimpanan, tepung pisang harus disimpan pada wadah tertutup yaitu kantong plastik tebal kemudian dimasukkan ke dalam kaleng yang ditutup rapat.

ANALISIS USAHATANI PENGOLAHAN TEPUNG PISANG

Hasil analisa usahatani dengan hitungan modal 8 sisir pisang seharga Rp. 7.000 = Rp. 56.000,- sodium yang diperlukan hanya 0,02 kg. biaya yang dikeluarkan untuk bahan hanya Rp. 56.600,-  .  Kemudian dari 8 sisir pisang diperoleh 3,9 kg tepung pisang dengan harga jual per kg RP. 45.000,-.  Pendapatan yang diperoleh = Rp 175.400,- .  Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 117.700,-, dengan B/C ratio = 2,03.  Yang menunjukkan usaha pembuatan tepung pisang layak dikembangkan

Meskipun tidak sepopuler tepung gandum/terigu, tepung pisang memiliki potensi untuk dikembangkan disamping berlimpah juga mudah dibuat. 

Dengan diketahuinya teknologi pembuatan tepung pisang membuka peluang bagi kelompok wanita tani (KWT) di wilayah sentra produksi pisang untuk menambah pendapatan keluarganya tidak terbatas pada pembuatan tepung saja tetapi dengan diversifikasi produk olahan lanjutan antara lain roti, cake, kue kering, kue lapis, puding dan makanan bayi.  Hanya saja perlu keterlibatan semua pihak yang terkait (Stakeholder) untuk membantu baik dalam pembinaan, permodalan dan pemasaran sehingga terbentuk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dikelola oleh wanita tani pada wilayah-wilayah sentra produksi pisang di Lampung.

Ibu-ibu yang memiliki bayi  bila memberikan bubur olahan komersial (diperdagangkan) sehari 2 kali dengan harga 1 set Rp.1.500,- berarti biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 3.000,- /hari, atau 1 bulan biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp. 150.000,- . sedangkan bila menberikan pisang raja nangka yang diolah akan mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk membeli makanan bayi.  Selain itu, hasil uji coba yang dilakukan oleh peneliti BPTP Lampung, tepung pisang dapat mengurangi penggunaan gula lebih dari 20%.

http://cybex.pertanian.go.id/artikel/100242/teknologi-pengolahan-tepung-pisang/

Bagikan