Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

ARTIKELDinpertan Pangan

PENGENDALIAN HAMA KEPITING SAWAH

Keberadaan kepiting sawah atau Yuyu saat ini cukup meresahkan petani. Meski sebenarnya Yuyu atau kepiting sawah sudah ada sejak lama, namun serangnnya mulai mengganas beberapa tahun terakhir.

Yuyu atau kepiting sawah merusak infrastruktur pertanian terutama jaringan irigasi dan pematang sawah. Tanggul atau pematang sawah yang bocor akibat serangan kepiting akan menjadi penyebab keluarnya air, akhirnya sawah menjadi kekurangan air dan ikan pun akan mudah keluar dari lubang-lubang kepiting tersebut.

Yuyu yang biasanya muncul pada malam hari biasanya menyerang tanaman padi dengan cara memotong batang padi yang baru tumbuh dengan capitnya hingga patah. Kondisi tersebut secara otomatis mengakibatkan batang padi yang diserang menjadi mati.

Kepiting sawah atau Yuyu adalah hewan arthropoda yang termasuk dalam golongan kepiting air tawar,, yang mempunyai sifat unik tidak seperti kepiting local. Keunikannya adalah warna tubuh hitam, dengan kapit kemerahan, membuat lobang kebawah maupun kesamping bisa mencapai kedalaman 2 meter. Siklus hidup dimulai dari betina dewasa bertelur pada bagian dalam dadanya dan menampung anaknya berjumlah ribuan ekor setelah menetas sampai dia siap mencari makan sendiri. Diperlukan waktu sekitar 25 hari kepiting sudah mulai dewasa. Anak-anaknya kelihatan kalau dibuka dadanya berjumlah banyak seperti gerombolan semut. Keluar pada malam hari menyukai tempat yang banyak bahan organic dan sisa makanan yang terbuang keparit atau selokan. Lebih tertarik pada daerah yang berbau busuk dan banyak lobang aktif. Tidak dapat dimakan karena rasanya pahit yang diduga beracun, dan sampai saat ini belum dijumpai musuh alaminya (pemangsa) yang menyebabkan populasinya selalu meningkat.

Dengan populasi cukup banyak dan berkembang dengan cepat untuk itu perlu dilakukan upaya pengendalian yang tepat.karena dampak kerusakan yang ditimbulkan cukup luas. Beberapa cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain :

  1. Pengendalian fisik/mekanik yaitu mengumpan dan menangkap kepiting pada malam hari karena kepiting keluar pada malam hari. Alat dan bahan yang digunakan adalah bubu (perangkap), lampu petromak, umpan dengan kelapa busuk, umpan dengan daun papaya yang dicincang, nasi aking atau nasi bekas (sengauk) dan dipasang pada saluran irigasi yang airnya dikecilkan atau di pematang sawah dekat lobang aktif.
  2. Pengendalian dengan pestisida nabati,

Bahan-bahan yang dapat digunakan : kulit jengkol, umbi gadung, akar tuba, daun pepaya, daun sengon, umbi temu ireng, daun mindri,

 Langkah – langkah pembuatan :

  • Semua bahan-bahan diatas masing-masing berjumlah 1-2 kg kemudian ditumbuk satu per satu dan kemudian dicampur.
  • Setelah ditumbuk hingga agak halus, kemudian dicampur dengan air bersih kira-kira 5 liter.
  • Campuran diatas kemudian diperam dalam wadah tertutup kira-kira 2-3 hari sehingga proses fermentasi berlangsung sempurna.
  • Setelah 2-3 hari, jadilah biang obat. Kemudian peras dan saring. Biang obat sudah jadi.
  • Untuk aplikasi : campurkan 1 liter biang obat kedalam 4-5 liter air bersih, kemudian semprotkan ke atas pematang secara merata terutama pada lubang-lubang kepiting.

Pestisida organik ini juga sekaligus bs digunakan sebagai pupuk organik cair.

  • Pemasangan umpan beracun pestisida sebagai alternatif pengendalian terakhir apabila cara pengendalian diatas tidak berasil yaitu dengan nasi sengauk yang diisi racun kontak dan lambung, ditebarkan juga dekat lobang aktif kepiting. Cara ini paling mudah dilakukan, tetapi diharapkan dilakukan pada malam hari dan jauh dari hewan ternak petani, sehingga tidak menimbulkan masalah keracunan pestisida Penggunaan Insektisida belum menunjukan gejala resurgensi yaitu memicu perkembangan yang meningkat setelah aplikasi pestisida, namun karena mungkin penggunaannya tidak tepat (dosis, cara, sasaran, waktu dan konsentrasi) bisa saja populasinya meningkat akibat terjadi kompetisi perkembangan karena tidak semuanya mati. .

Untuk keberhasilan mengatasi hama, seharusnya dilakukan pengendalian kepiting bersama-sama oleh masyarakat secara serempak, peran aktif dari semua elemen masyarakat tidak hanya tergantung pada petugas di lapangan. Karena tanggung jawab pengendalian OPT adalah masyarakat sedangkan Pemerintah membantu apabila terjadi ledakan hama yang ekplosi dan petani tidak mampu mengendalikannya.

Sumber: http://cybex.pertanian.go.id/artikel/100244/pengendalian-hama-kepiting-sawah-/

Bagikan