Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

ARTIKELDinpertan Pangan

Kenali dan Cegah Virus Padi

Hama dan penyakit tanaman menjadi musuh petani yang masih sulit dikalahkan. Berbagai cara kerap dilakukan petani, tapi hasilnya bisa dibilang belum memuaskan. Bahkan organisme pengganggu tumbuhan kerap datang saat musim tanam padi tiba. Diantara OPT yang membuat petani tidak bisa tidur nyenyak adalah tungro, virus kerdil rumput dan kerdil hampa.

Ketua Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Jawa Barat, Otong Wiranta, petani umumnya menyebut ketiga jenis penyakit dengan sebutan mejen atau kerdil. Serangan yang terjadi sangat mempengaruhi hasil panen. Bahkan banyak petani di daerah Pantura Jawa Barat yang mengeluh hasilnya turun sampai 50 persen lebih.

Di daerah Pantura Jawa Barat seperti Bekasi, Karawang, Subang dan Indramayu, termasuk daerah dengan serangan kerdil yang tinggi. “Ada beberapa petani yang sudah mulai mengenal perbedaan penyakit diakibatkan oleh jamur, bakteri, atau virus tersebut,” kata Otong kepada Tabloid Sinar Tani.

Otong mengakui, umumnya petani merasa kesulitan dalam menghadapi kejadian serangan virus ini. Petani selama ini baru melakukan aktivitas pencegahan supaya tidak terserang penyakit tersebut. “Caranya petani melakukan pergiliran varietas dan memberakan (dikosongkan) areal tanamnya harapannya agar siklus dari virus tersebut terputus,” ujarnya.

Data Direktorat Perlindungan Tanaman, Ditjen Tanaman Pangan, berdasarkan laporan serangan OPT virus Kerdil Rumput dan Hampa (KRH) secara nasional (Januari-Juni) tahun 2022 per 8 Juli 2022 luas serangannya mencapai 108 hektar (ha) dan luas yang puso hanya 1 ha. Serangan OPT tersebut tahun ini pada periode Januari-Juni lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. “Serangan virus kerdil rumput dan hampa tertinggi terjadi tahun 2011 dan 2017 dan terus menurun hingga saat ini,” kata Direktur Perlindungan Tanaman, Ditjen Tanaman Pangan, M. Takdir Mulyadi kepada Tabloid Sinar Tani.

Menurut Takdir, rendahnya serangan virus KRH pada tahun ini karena didukung adanya kegiatan-kegiatan perlindungan tanaman pangan. Diantaranya, penerapan Budidaya Tanaman Sehat (BTS), pemberdayaan petani dalam pemasyarakatan PHT (P4), gerakan pengendalian OPT ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan pemanfaatan agens pengendali hayati (APH), baik yang dikembangkan LPHP maupun petani. “Kami juga mendorong petani menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT),” katanya.

Ciri Tanaman 

Takdir juga mengajak petani agar mengenali gejala virus KRH dan faktor penyebab penyebarannya yaitu vektor atau serangga pembawa yang sama yakni wereng batang cokelat (WBC). “Virus KRH dibawa WBC. Jika populasi WBC pada suatu daerah tinggi, maka kemungkinan besar akan timbul serangan virus KRH ini,” tambahnya.

Takdir mengungkapkan, gejala khas yang ditimbulkan virus kerdil rumput yaitu adanya penghambatan pertumbuhan, anakannya banyak, daunnya menjadi pendek, sempit dan tumbuhnya tegak dan berwarna hijau pucat atau kuning pucat. Sedangkan gejala yang ditimbulkan virus kerdil hampa yaitu pertumbuhan yang terhambat, tepi daun tidak rata (berlekuk-lekuk).

Selain itu, menurut Takdir, terjadi pembengkakan pada tulang daun atau pembentukan puru yang berwarna kuning pucat sampai cokelat, serta terjadi pembelitan daun. Tanda-tanda lainnya, malai tidak keluar dengan sempurna dan gabahnya hampa. “Jika sudah timbul gejala serangan virus KRH, maka hal yang dapat dilakukan yaitu eradikasi selektif yakni mencabut tanaman yang terserang dan membenamkan di dalam tanah agar terhindar menyebarnya virus ke pertanaman lainnya,” tuturnya.

Sementara itu, Product Manager Insecticide Agricon Group, Rifauldin Syahri mengatakan, pihaknya sudah banyak meriset dan juga demo percobaan lapang untuk mengendalikan virus tanaman padi. Virus ini menjadi musibah karena dapat menurunkan hasil panen padi sekitar 30 – 60 persen hasil panen. “Anggota tim telah banyak menemukan permasalahan pada petani padi yang mengalami kejadian tersebut,” katanya. Sebenarnya kata Rifauldin, virus ini sudah menyebar luas di Indonesia. Namun yang sering ditemui (endemic) adalah pada wilayah Lamongan, Madiun, Ngawi, Bojonegoro (Jatim), Sragen, Demak, Klaten, Kendal, Cilacap (Jateng), Indramayu, Subang (Jabar), Sambas, Singkawang (Kalbar), dan beberapa di Sidrap (Sulawesi). “Kami memberikan solusi produk perlindungan tanaman dari Agricon untuk Tungro yaitu TENCHU 20SG. Produk kami dari Jepang, yang ahli dalam bidangnya teknologi bahan kimia untuk mengatasi permasalahan di pertanian,” tuturnya.

Sumber: https://tabloidsinartani.com/detail//indeks/pangan/20544-Kenali-dan-Cegah-Virus-Padi

Bagikan