Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

ARTIKELKementerian PertanianTanaman Pangan dan Hortikultura

Pengendalian Gulma Diperlukan Mulai Awal Pertumbuhan Tanaman Sorgum

Pemenuhan akan kebutuhan pangan untuk  manusia  maupun  bahan  baku  industri yang terus meningkat menjadi suatu masalah penting di Indonesia.  Hal tersebut dapat dilihat dari krisis energi akibat peningkatan laju konsumsi serta krisis pangan.  Untuk mengatasi hal itu, diperlukan pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia secara optimal.   Salah satu sumber daya alam yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut yakni tanaman serealia khususnya sorgum (Sorgum bicolor L). Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum mempunyai ketahanan tumbuh lebih baik dibanding tanaman serealia lain di lahan kering dengan iklim kering, daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi,perlu input lebih sedikit serta lebih  tahan  terhadap  hama  dan  penyakit. Sorgum berguna sebagai sumber bahan pangan, pakan ternak,  maupun bahan baku bermacam industri.

Sorgum berpotensi baik untuk dikembangkan dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat seperti penggunaan varietas  unggul,  pemupukan  yang  tepat,  serta  pemeliharaan  yang  optimal.  Pemeliharaan  tanaman  yang kurang optimal akan mengakibatkan rendahnya produksi tanaman sorgum. Pemeliharaan tanaman salah satunya yaitu pengendalian gulma Adanya gulma dapat menimbulkan persaingan antara tanaman dengan gulma. Persaingan antara gulma dan tanaman mengakibatkan perebutan unsur hara, air, dan cahaya matahari dan menimbulkan kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas.

Faktor-faktor yang menentukan tingkat kompetisi gulma adalah jenis gulma, kerapatan gulma, waktu kehadiran gulma, allelokimia, dan kultur teknis yang diterapkan. Kerapatan gulma sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman budidaya. Semakin rapat gulma, persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hal tersebut sesuai hasil penelitian Dita Anggeraini, dkk.sebagai berikut 1) Jenis  gulma  mempengaruhi  pertumbuhan  dan  komponen  hasil  yang  meliputi  tinggi  tanaman  dan diameter batang, bobot 100 butir pada Kadar air (KA)14%, serta bobot basah dan kering brangkasan, 2).Kerapatan 80 gulma/m2  mempengaruhi tinggi tanaman  dan jumlah daun, diameter batang dan bobot 100 butir pada KA 14%, bobot biji sorgum, dan bobot brangkasan basah tanaman.

Selain kerapatan gulma ternyata waktu penyiangan yang tepat juga mempengaruhi produksi sorgum. Karena pada awal pertumbuhan sorgum kurang dapat bersaing dengan  gulma, karena itu harus diusahakan agar areal tanaman pada saat tanaman masih muda harus bersih dari gulma hal tersebut sesuai hasil penelitian Dewi Hiasinta Tarigan, dkk bahwa Waktu pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk) dan produksi (produksi per plot, produksi per hektar, dan bobot 1000 biji) pada seluruh varietas yang diuji. Varietas  Kawali  menunjukkan persentase hasil tertinggi pada setiap waktu penyiangan dibandingkan dengan varietas Sangkur dan Numbu.Pengendalian gulma pada umur 14 dan 21 hari setelah tanam  menunjukkan kehilangan hasil berkisar antara (29,7 % – 34,4 %) yang lebih kecil dibandingkan dengan waktu penyiangan 7 dan 28 hari setelah tanam (38 % – 40,07 %).

Oleh karena itu dalam budidaya sorgum harus diperhatikan betul penyiangan gulma mulai dari awal pertumbuhan tanaman.

Sumber: http://cybex.pertanian.go.id/artikel/93409/pengendalian-gulma-diperlukan-mulai-awal-pertumbuhan-tanaman-sorgum/

Bagikan