Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

ARTIKELBonangDinpertan Pangan

PENGAIRAN BASAH KERING (AWD), TEKNOLOGI IRIGASI BERBASIS CLIMATE SMART AGRICULTURE (CSA)

Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup, termasuk bagi tanaman padi dan tanaman pertanian lainnya. Air menjadi salah satu faktor yang sangat penting bagi sistem produksi padi sawah, ketersediaan air tidak hanya mempengaruhi produktivitas tanaman, luas areal tanam dan intensitas pertanaman, juga potensi perluasan areal baru, bahkan menentukan kualitas produksi gabah.

Pemenuhan air bagi tanaman padi sawah dikenal dengan istilah irigasi. Menurut pengertiannya, irigasi adalah pengaturan pembagian atau pengaliran air menurut sistem tertentu untuk sawah dan sebagainya. Irigasi penting dilakukan pada daerah atau lahan yang rawan mengalami kekeringan. Tujuan irigasi untuk memberikan tambahan air terhadap air hujan dan memberikan air untuk tanaman dalam jumlah yang cukup pada saat dibutuhkan. Secara umum, irigasi berguna untuk mempermudah pengolahan tanah, mengatur suhu tanah dan iklim mikro tanah, membersihkan tanah dari garam-garam yang larut atau asam-asam yang tinggi, membersihkan kotoran atau sampah yang masuk kedalam saluran air, menggenangi tanah untuk memberantas tanaman penganggu dan hama penyakit.

Salah satu jenis irigasi yang diterapkan dalam teknologi Climate Smart Agriculture (CSA) adalah irigasi berselang atau disebut Alternate Wetting ang Drying (AWD) atau Pengairan Basah Kering. Sistem pengairan AWD merupakan pengairan dengan penggenangan air terputus yang bertujuan untuk Untuk mengontrol atau menghemat penggunaan air dalam budidaya tanaman padi, karena perlu diingat padi merupakan tanaman yang memerlukan air, tetapi bukan tanaman air. Tanaman padi tidak memerlukan air saat  tanam, saat anakan maksimum dan 10 hari menjelang panen. Untuk menghasilkan 1 kg gabah hanya dibutuhkan rata-rata 1.432 liter air dibandingkan 1.150 liter air untuk menghasilkan 1 kg jagung. Jadi, dalam budidaya tanaman padi tidak harus digenangi terus menerus. Sehingga air bagi pertanian dapat dikelola ketersediaannya dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.

Training of Farmer (ToF) Teknologi Berbasis Climate Smart Agricultur (CSA) yang dilaksanakan BPP Kecamatan Bonang sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Training of Trainer (ToT), yang diikuti oleh PPL Kecamatan Bonang di Balai Pelatihan Pertanian (BAPELTAN) Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah yang merupakan kegiatan dari program PROGRAM Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP). atau modernisasi irigasi strategis dan program rehabilitasi mendesak, mengenalkan sistem pengairan basah kering / PBK atau AWD kepada teman – teman petani. Materi tentang sistem irigasi AWD dan praktek pembuatan AWD dipandu oleh Khoirul Miftah, S.Pt. selaku Fasilitator.

Untuk praktek menerapan AWD adalah sebagai berikut :

  1. Tabung paralon diameter 15 cm dengan panjang 40 cm
  2.  Separuh dari paralon diberi lubang-lubang
  3. Bagian yang berlubang dibenamkan kedalam tanah

Tampak seperti gambar di bawah ini :

Langkah pembuatan pipa AWD adalah dengan menyiapkan pipa sepanjang 40 cm dengan diameter 15 cm, membuat lubang kecil-kecil setinggi 20 cm pada pipa, pipa yang sudah diberi lubang ditanam pada petakan sawah dan diatas permukaan tanah setinggi 20 cm. Pengukuran dimulai pada 7-10 hst pada setiap tapin dan 21 hst pada sistem tabela, tingkat level air dimonitor setiap dua hari sekali dan dicatat, padi tidak perlu digenangi setiap hari, pada saat pembungaan pertahankan ketinggian air sekitar 3-5 cm dari permukaan tanah, pada saat pengisian bulir tanaman padi digenangi air serta pada saat 7-10 hari sebelum panen sawah dikeringkan. Pipa harus ditempatkan di bagian yang mudah diakses dari lapangan dekat dengan pematang sehingga memudahkan untuk memantau kedalaman airnya. Kedalaman air hendaknya mewakili kedalaman air rata-rata dari lahan sawah.

Waktu pengaturan air sawah kapan basah dan kapan kering sangatlah penting. Dengan menggunakan pipa (dengan menggunakan pipa berbahan plastik, kaleng bekas ataupun bambu) yang telah dilubangi. Pipa tersebut dipendam dalam tanah sawah. Manfaat pipa adalah membantu petani melihat ketersediaan air di dalam tanah sawah. Permukaan tanah tampak kering maka dengan menggunakan pipa AWD, petani akan dapat melihat kedalam pipa tersebut kedalaman air dibawah permukaan tanah sawah. Jika didalam pipa terdapat air dengan kedalaman kurang dari 15 cm dari permukaan tanah maka belum perlu dilakukan penggenangan, Namun jika kedalaman air di dalam pipa telah mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah, maka tanah barulah diperlukan penggenangan sawah tersebut sampai ketinggian 5 cm

SELAMAT MENCOBA……

SALAM CSA ( SAYA PIKIR, SAYA RASA, SAYA BISA )

RIN CHAIZATUR ROZANAH, AMd. (PPL Kecamatan Bonang)

Bagikan

Recent Comments