Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

ARTIKELDinpertan Pangan

Benih, Faktor Kunci Menjawab Krisis Pangan Global  

Krisis pangan global menjadi tantangan berat bagi dunia pertanian. Namun di balik tantangan tersebut, ada peluang yang bisa diambil pelaku usaha pertanian, termasuk industri benih di tanah air. Benih unggul menjadi kunci mendongkrak produksi pangan.

Dengan kemandirian benih dan bibit, bangsa Indonesia akan mampu menjawab upaya peningkatan produksi pangan. Karena itu gelar Musyawarah Nasional Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI) 2022 di Jakarta , Jumat (12/8) menjadi momentum sinergi bagi pelaku usaha perbenihan dan perbibitan untuk menjawab masalah krisis pangan.

Pada kesempatan tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Prof. Dedy Nur syamsi menilai, kebebasan harus dikurangi, bahkan ditiadakan. “Bicara produksi pangan yang utama adalah faktor benih . P ertanian dimulai dari benih dan bibit, bahkan memberikan kontribusi terhadap  pendongkrak produktivitas. Artinya, jika menguasai benih dan bibit, maka 70 persen akan meng uasai pertanian,” ujar Dedy.  

Untuk meningkatkan produksi pangan, menurut Dedy, harus mendapatkan benih berkualitas dan bermutu, karena benih dan bibit kunci keberhasilan pertanian. “Jadi jangan mimpi akan berhasil jika benih masih ala kadarnya . Itu  tantangan kita membangun sistem perbenihan dengan baik,” tulisnya. 

Dedy melihat, kerjasama antara peternak dengan penyuluh dan petani juga menjadi kunci keberhasilan. Untuk itu, kerjasama antar pemuliaan dengan penyuluh dan petani mutlak dilakukan . “Ke berhasilan perbenihan tidak akan muncul jika belum terimplementasikan . Semua itu harus dilakukan untuk kemajuan perbenihan.perbibitan di Indonesia ,” ujarnya . 

Bentuk kerjasamanya menurut Dedy, harus di bangun dan terkait dengan kearifan lokal . Sebab, jika pelaku usaha bekerja sendiri-sendiri itu , maka akan berat dan kemungkinan kecil bisa berhasil. Apalagi kini bangsa Indonesia menghadapi tantangan krisis pangan yang berat. “ Saya yakin jika bekerjasama maka akan ada keberhasilan,” tegasnya.

Sementara itu Sekretaris Ditjen Hortikultura, Dr. Ir. Retno Sri Hartati Mulyandari, M.Si membangunkan pentingnya sinergi antara lintas pemangku kepentingan dalam hulu-hilir industri perbenihan bermutu yang berdaya saing.  Dengan demikian dapat mendukung ketahanan pangan Indonesia secara berkelanjutan.

Dirinya mengakui, ditengah kemajuan inovasi perbenihan hortikultura, Indonesia masih kekurangan benih bawang putih berkualitas. Hal tersebut menyebabkan dalam tiga tahun terakhir ekspor bawang putih terus meningkat hingga 98,22 persen . “Kita sudah melakukan program wajib tanam bawang putih, namun petani selalu saja merugi, Karena salah satu faktornya adalah benih yang ditanam adalah benih yang tidak bermutu,” tulisnya. 

Retno menambahkan , saat ini ada 8 penakar benih bawang putih yang te lah dibina pemerintah. V arietas unggul bawang putih yang dihasilkan adalah Tawangmangu Baru yang memiliki keunggulan umbi yang besar, pertumbuhan yang baik dan batang yang kokoh. “Varietas lain adalah lumbu kuning, lumbu putih dan lumbu hijau,” tambahnya.

Sementara itu Presiden Director PT. Benih Citra Asia, Slamet Sulistiyono menilai, saat ini swasta (produsen benih) hanya berjalan sendiri tanpa dukungan perguruan tinggi maupun pemerintah. Bahkan animo mahasiswa untuk bergerak dibreeding masih kurang.

“Perlu adanya dukungan pihak perguruan tinggi, sehingga ada minat yang kuat untuk melanjutkan estafet insdustri benih terutama dalam pengembangan varietas,” katanya.  

Untuk itu, Slamat berharap adanya kolaborasi dalam pengembangan benih di dalam negeri. Kolborasi tersebut bukan saat hasil akhir yakni benih tersebut sudah dihasilkan lembaga penelitian pemerintah, kemudian industri benih yang memasarkannya.

Namun menurut Slamet, kolaborasi dimulai dari saat pembuatan varietas. Artinya, sudah ada semacam kerjasama penelitian yang hasilnya nanti akan dipasarkan perusahaan benih. “Jadi penelitian sebuah varietas baru harus melihat pasar. Apa yang disukai dan dibutuhkan konsumen. Bukan menghasilkan dulu, kemudian baru meminta konsumen membelinya,” katanya.

Slamet menegaskan, bahwa industri benih tidak akan menggali kuburannya sendiri dengan bermain-main pada kualitas. Untuk itu ia meminta dorongan dan dukungan pemerintah yang bisa membuat iklim usaha yang lancar. Dengan menghadirkan aturan yang mendukung iklim usaha perbenihan

“Kami sebagai pelaku usaha pasti akan berusaha secara maksimal dari hulu sampai hilir mengembangkan inovasi teknologi untuk terus mengahasilkan benih bermutu. Itu yang akan kami lakukan terus menerus dan kolaborasi harus dilakukan,” tambahnya.

Sementara itu Managing Director PT.East West Seed Indonesia (EWINDO), Glenn Pardede menyakini dengan membangun industri benih di Indonesia akan membantu petani dan bisa mengurangi impor. Karena itu Ia mendukung kerjasama antara pemerintah dan para pelaku usaha dalam membangun industri perbenihan/perbibitan di tanah air.

Bagi Glenn Pardede, petani adalah yang utama. Bahkan salah satu pesan pendiri Erwindo menurut Glenn adalah bagaimana petani bisa sejahtera. “Jadi apa yang dihasilkan Ewindo merupakan Langkah nyata untuk bisa membantu petani. Itu adalah resep utama dan itu sudah kami jalankan selama 32 tahun di Indonesia,” jelasnya.

Selain itu, sebagai perusahaan yang berfokus kepada keuntungan petani, Ewindo melihat saat ini pengeluaran petani terbesar adalah pada pupuk dan pestisida. Karena itu, perlunya edukasi kepada petani berkaitan dengan precision farming sebagai salah satu service yang diberikan kepada petani.

Sumber: https://tabloidsinartani.com/detail//indeks/pangan/20761-Benih-Faktor-Kunci-Menjawab-Krisis-Pangan-Global

Bagikan

Recent Comments