Jl. Sultan Hadiwijaya No.08 Demak (0291)685013 dinpertanpangan@demakkab.go.id

ARTIKELDinpertan Pangan

BUDIDAYA TERNAK ADAPTIP TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

Sektor peternakan harus menjadi lebih berkelanjutan sambil beradaptasi dengan perubahan iklim global dan pada saat yang sama dapat memenuhi tuntutan pertumbuhan populasi akan permintaan produk hasil ternak. Terdapat lima aspek produksi ternak yang paling terpengaruh oleh perubahan iklim global, yaitu: pakan, penyakit, ekonomi, produksi, dan penggunaan air dan lahan pada peternakan.

Dampak perubahan iklim terhadap tanaman pakan ternak diantaranya: produktivitas dan kandungan nutrisi menurun, serta luas tanam yang berkurang yang berpengaruh terhadap penyediaan pakan ternak sehingga ketersediaan pangan terganggu. Dampak perubahan iklim terhadap pakan ternak umumnya dikaitkan dalam hal kuantitas dan kualitas pakan yang buruk karena peningkatan suhu dan kekeringan sehingga ternak tidak dapat memenuhi kebutuhan energi untuk mempertahankan berat badannya. Penyakit ternak sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Dampak tersebut sebagian besar berupa bentuk keparahan dan distribusi penyakit hewan karena paparan suhu dan kelembaban yang meningkat serta variasi suhu dan curah hujan.

Dampak perubahan iklim terhadap ekonomi muncul akibat performa ternak yang lebih buruk, yang terkait dengan dampak pada aspek  produksi lainnya, seperti pakan dan kesehatan ternak. Misalnya, pada sistem penggembalaan/pastoral, kerugian ekonomi dikaitkan dengan performa ternak yang buruk karena kelangkaan pakan yang disebabkan oleh kekeringan. Dampak perubahan iklim terhadap produksi ternak ditinjau dari parameter performa ternak seperti penambahan bobot badan harian, efisiensi konversi pakan, dan produksi susu dan kualitas hasil ternak lainnya. Stres akibat panas dan kelembaban mengubah fisiologi ternak, membuat ternak lebih rentan terhadap penyakit dan stres. Variabilitas suhu mengakibatkan dampak nyata pada performa reproduksi ternak seperti penurunan kesuburan, tingkat konsepsi, dan daya hidup. Sumber daya air dan lahan merupakan input kunci dalam sistem produksi ternak, terutama dalam produksi tanaman pakan.

Perubahan iklim mempengaruhi ketersediaan, kelangkaan dan penipisan air sehingga mengurangi produktivitas  ternak. Ada tiga opsi respon adaptasi yang bisa dikelompokkan dan telah ditawarkan oleh para peneliti, yakni opsi inkremental/perubahan kontinyu, sistemik dan transformasional. Opsi inkremental terdiri dari peningkatan kualitas dan kuantitas pakan ternak, efisiensi penggunaan air dan lahan, pengurangan stres ternak akibat panas, dan perbaikan manajemen produksi ternak. Opsi sistemik terdiri dari modernisasi operasi peternakan, mengubah komponen sistem pertanian, serta perubahan kelembagaan dan kebijakan. Opsi transformasional terdiri dari transisi sistem pertanian, diversifikasi dan intensifikasi produksi ternak.

Sistem produksi ternak yang diintegrasikan dengan sistem pertanian tanaman pangan atau disebut sebagai sistem pertanian terpadu tanaman-ternak adalah opsi adaptasi terhadap perubahan iklim global yang telah mengakar kuat dan telah diaplikasikan pada kehidupan petani Indonesia. Pemilihan jenis ternak lokal untuk dibudidayakan merupakan opsi adaptasi terhadap perubahan iklim global karena ternak lokal lebih bisa beradaptasi terhadap lingkungan termasuk tahan terhadap cekaman panas dan kondisi pakan yang buruk.

Adanya perubahan iklim, membawa ancaman terhadap produktivitas dan efisiensi ternak-ternak komersial ini, karena apa yang mereka butuhkan, tidak dapat lagi secara mudah diberikan oleh peternak. Diperlukan upaya ekstra untuk mempertahankan produktivitas ternak komersial, antara lain dengan memodifikasi sistem produksi dan komposisi ransum yang diberikan. Modifikasi ini tentunya membutuhkan biaya ekstra sehingga efisiensi pemeliharaan ternak jenis komersial juga mengalami penurunan.

Selain memodifikasi sistem produksi, hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan memilih atau membentuk jenis dan bangsa ternak baru, dengan memanfaatkan kemampuan adaptasi ternak lokal. Solusi ini memang hanya akan memperlihatkan hasilnya secara bertahap dan membutuhkan waktu serta usaha, untuk membentuk bangsa ternak adaptif. Namun, pemanfaatan sumber daya genetik ternak lokal, dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengoptimalkan keseimbangan antara sifat-sifat adaptif dan produktif, dimana hasil yang diharapkan, adalah terbentuknya bangsa baru yang adaptif terhadap kondisi lingkungan, mampu berproduksi secara optimal dengan sistem produksi yang efisien.

Adaptasi pada ternak merupakan kemampuan ternak menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkunganya. Konsep adaptasi pada ternak terhadap lingkungan terkait perubahan genetik dan fisiologi karena rangsangan eksternal maupun internal.

Berbagai contoh adaptasi pada ternak pada lingkungan tempat hidupnya adalah sebagai berikut :

  1. Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh atau bagian tubuh hewan/ternak terhadap lingkunganya. Sebagai contoh yang digunakan untuk beradaptasi adalah paruh unggas, bentuk kaki, bentuk kepala, bentuk ekor maupun bentuk bagian tubuh yang lainya. Bentuk tubuh tersebut memiliki fungsi misalnya untuk mempermudah ternak mendapatkan pakan yang dibutuhkan. Adaptasi morfologi juga dapat dibagi 2 yakni : adaptasi morfologi karena makanannya dan adaptasi morfologi karena tempat tinggalnya. Adaptasi morfologi yang disebabkan oleh makananya contohnya perbedaan dalam pengambilan pakan, berbedaan jenis ternak yang satu dengan yang lain, sedangkan adaptasi morfologi karena habitat karena adanya perbedaan habitat diantara hewan/ternak maupun tumbuhan. Contoh adaptasi morfologi :

  • Bentuk kaki dan cakar yang adaptif berfungsi sebagai tipe perenang, pemanjat, pejalan dan pencengkeram. Misalnya pada tipe perenang morfologi kakinya berselaput missal bebek, itik dan mentok
  • Tipe pejalan memiliki kaki yang panjang dan tegak. Sebagai contoh : kaki ayam dan burung unta
  • Tipe kaki pencengkeram bentuknya kaki pendek dan kekar serta memiliki serta berkuku runcing misalnya : burung elang dan burung hantu.
  • Bentuk paruh pemakan biji memiliki paruh pendek dan kuat misalnya burung
  1. Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisologi adalah penyesuaian fungsi alat-alat tubuh hewan/ternak terhadap lingkunganya. Adaptasi fisiologis tidak dapat terlihat karena adaptasi fungsi sifatya tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan. Sebagai contoh : fungsi dari organ dalam dari tubuh makhluk hidup, seperti jantung yang disesuaikan dengan perubahan suhu udara yang terkadang terjadi secara ekstrim. Herbifora/ pemamah biak dengan pakan yang mengandung selusosa yang tinggi (rumput dan daun) untuk mempermudah proses pencernaan maka fungsi organ akan beradaptasi dengan menghasilkan enzim selusosi sehingga pencernaan dapat berjalan dengan baik.

  1. Adaptasi Tingkah Laku

Adaptasi tingkah laku tidak bersifat alami namun terjadi karena pembaawaan diri yaitu tingkah laku pada mahluk hidup agar menyesuaikan diri dengan lingkunganya.

 Adapun adaptasi yang dilakukan oleh berbagai jenis ternak :

  1. Sapi

Produksi panas pada sapi memiliki hubungan yang sangat erat dengan suhu lingkungan disekitarnya. Temperatur tubuh dan frekuensi nafas dapat meningkat pada temperature udara yang tinggi. Ternak biasanya makan di malam hari agar terhindar dari bertambahnya produksi panas.

  1. Kambing dan Domba

Aklimatisasi pada kaambing dan domba hamper sama dengan ternak sapi, setelah pada kondisi akut terlampaui ternak akan mengkonsumsi pakanya dalam jumlah yang normal. Meningkatnya suhu lingkungan jika hamper sama sepertu suhu tubuh ternak domba dan kambing akan melakukan pengurangan panas melalui saluran pernafasanya dengan jalan terengah-engah dan membuka mulutnya sehingga mempercepat frekuensi pernafasan.

  1. Unggas

Unggas beradaptasi terhadap suhu panas dengan cara meningkatkan suhu tubuhnya yang kemudian diikuti oleh peningkatan frekuensi nafas. Kondisi adaptasi, metabolisme tubuh unggas akan berkurang, dalam jangka panjang cara penguapan adalah melalui saluran pernafasan.

Pakan dan iklim merupakan faktor yang cukup dominan terhadap reproduksi ternak sedangkan faktor iklim yang terpenting adalah suhu dan kelembaban yang sangat dibutuhkan ternak agar terjadi produksi yang optimum. Penanggulangan pengaruh negatif dari iklim tropis dapat dilakukan dengan cara : 1) Menyusun ransum dengan imbangan energy yang cukup dan berimbang, 2) Pola pemberian pakan/memberikan penerangan dimalam hari dan 3) Menanam pepohonan di areal penggembalaan sebagai naungan ternak.

Sumber: http://cybex.pertanian.go.id/artikel/101113/budidayaternak-adaptip-terhadap-perubahan-iklim/

Bagikan

Recent Comments